Pantai Tablolong ( Surga
Para Pemancing )
Tiap tahun, pemerintah NTT rutin menggelar turnamen memancing internasional di selat yang diapit pulau Rote dan pulau Timor. Perairan sejauh 10 mil dari garis pantai Tablolong di kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang itu merupakan jalur migrasi ikan cukup ramai dari laut Timor menuju laut Sawu. Sesuai jadwal, perlombaan berlangsung selama tiga hari mulai tanggal 4-6 Nopember. Sebanyak 27 pemancing asal Indonesia, Jepang, Jerman dan Amerika yang tergabung dalam 9 tim, bertolak ke arena perlombaan dari pantai wisata Tablolong pada pukul 05.00 Wita dan pulang pada pukul 16.00 Wita. Masing-masing tim dipandu seorang nelayan Tablolong
Peserta yang berhasil
memperoleh ikan dengan berat paling tinggi, berhak menempati posisi pertama
hari itu. Mereka memperebutkan total hadiah uang tunai Rp42.7 juta plus
trophy gubernur NTT. Event ini diharapkan akan menarik
wisatawan mancanegara berkunjung ke NTT menikmati panorama pantai dan
pulau-pulau yang memesona dan belum terjamah polusi. Karena
itu, jauh-jauh hari, pemerintah telah giat menggelar promosi. Mulai dari
menerbitkan kalender event sampai brosur, iklan di media
massa. Upaya pemerintah menyukseskan turnamen ini tampak dari persiapan
yang cukup matang. Panitia menyiapkan regu penolong khusus
yang disiagakan di lepas pantai.
Mereka juga diperlengkapi
peralatan penyelamatan dan radio komunikasi untuk sewaktu-waktu
mengirim laporan ke darat jika mengalami masalah di laut.
Salah satu peraturan yang harus dicermati peserta adalah tidak boleh
mengotori laut dengan membuang sampah. Pesisir ujung selatan
pulau Timor memang menyuguhkan panorama pantai yang indah dan panorama
bawah laut yang elok. Keindahan juga dihiasai dengan pepohonan pantai,
seperti pohon Centigi yang tumbuh menyebar di bebatuan karang. Sayang, pohon
Centigi mulai terancam karena ulah tangan-tangan jahil yang
mengambil pohon tersebut untuk dijual ke pulau Jawa.
David Jones, peserta asal
Amerika misalnya sangat mengagumi keindahan bawah laut karang beatrix yang berjarak sekitar 5 mil dari pantai. David menjuluki karang
beatrix sebagai ‘supermarket ikan’ karena semua jenis ikan dapat ditemukan
di lokasi itu. Dua karang lainnya yang tak kalah menarik
adalah karang Dalam dan karang Tabui. Di tiga karang ini hidup jenis ikan
yang sering dilombakan dalam berbagai turnamen memancing seperti jenis
Marlin, Layaran, Tenggiri, Wahui, Kuwe, Barakuda, Lemadang, dan Tuna.
Makanya, tidak heran sejumlah warga kota Kupang pecinta wisata bahari
menggunakan perahu motor untuk memancing di kawasan itu sekitar setengah
jam dari daratan.
Selain memancing pengunjung
juga menikmati beragam spesies ikan secara berkelompok tampak seperti
dalam akuarium raksasa. Meski demikian, para nelayan dan pemancing
dilarang menangkap ikan menggunakan potas yaitu zat kimia yang dapat
memabukkan ikan, namun dapat membunuh ikan kecil dan merusak karang.
Terumbu karang di perairan ini juga dilarang untuk diambil.
Untuk maksud itu, di dekat pantai telah dipajang sebuah papan bertuliskan
‘pusat olahraga memancing Tablolong’.
Papan itu dipajang pada
pintu masuk menuju pantai sehingga dapat dilihat dari arah laut. Karena
itu, anda jangan sampai melempar bekas bungkusan makanan ke
laut. Tetapi jika ingin menarik perhatian ikan-ikan berenang di samping
perahu, buanglah makanan pada pagi hari dan anda akan
menyaksikan ribuan ikan warna-warni berebutan makanan.
Saat ini seorang pria
Kanada membangun tiga unit homestay di lahan seluas dua
hektare sekitar satu kilometer dari pemukiman warga. Puluhan warga kota
Kupang biasa menginap di homestay tersebut yang dibangun di pinggir pantai.
Harga sewa homestay per malam berbeda untuk wisatawan asing sebesar Rp100
ribu per malam plus tiga kali makan dan wisawatan lokal
sebesar Rp 50 ribu plus tiga kali makan.
Selain tidak tersedia
jaringan listrik, lingkungan homestay masih sepi, terutama pada malam hari
hanya terdengar deburan ombak memecah karang. Di pagi hari
jika mendengar kicauan burung sangat terasa kehidupan desa terpencil
di pulau Timor. Tidak kalah dengan suguhan pemandangan di petang hari.
Ketika malam menjelang, menyaksikan ribuan sinar lampu yang
dipancarkan dari di rumah-rumah penduduk di desa Tablolong
dan di pulau Semau merupakan pengalaman yang tak terlupakan.
Lokasi ini dapat ditempuh
dari kota Kupang dengan mobil dan sepeda motor dengan perjalanan selama
satu jam. Jalanan yang berkelok-kelok dengan rumah-rumah penduduk yang
masih tradisional juga merupakan sensasi sendiri.
No comments:
Post a Comment