5
BUDAYA UNIK DI INDONESIA
1.
Upacara Tabuik Sumatera Barat.
Berasal
dari kata ‘Tabut’, dari bahasa Arab yang berarti mengarak, upacara Tabuik
merupakan sebuah tradisi masyarakat di pantai barat, Sumatera Barat, yang
diselenggarakan secara turun menurun. Upacara ini digelar di hari Asura yang
jatuh pada tanggal 10 Muharram, dalam kalender Islam.
Konon, Tabuik dibawa oleh penganut Syiah dari timur tengah
ke Pariaman, sebagai peringatan perang Karbala. Upacara ini juga sebagai simbol
dan bentuk ekspresi rasa duka yang mendalam dan rasa hormat umat Islam di
Pariaman terhadap cucu Nabi Muhammad SAW itu. Karena kemeriahan dan keunikan
dalam setiap pagelarannya, Pemda setempat pun kemudian memasukkan upacara
Tabuik dalam agenda wisata Sumatera Barat dan digelar setiap tahun.
Dua
minggu menjelang pelaksanaan upacara Tabuik, warga Pariaman sudah sibuk
melakukan berbagai persiapan. Mereka membuat serta aneka penganan, kue-kue khas
dan Tabuik. Dalam masa ini, ada pula warga yang menjalankan ritual khusus,
yakni puasa.
Selain
sebagai nama upacara, Tabuik juga disematkan untuk nama benda yang menjadi
komponen penting dalam ritual ini. Tabuik berjumlah dua buah dan terbuat dari
bambu serta kayu. Bentuknya berupa binatang berbadan kuda, berkepala manusia,
yang tegap dan bersayap. Oleh umatIslam, binatang ini disebut Buraq dan
dianggap sebagai binatang gaib. Di punggung Tabuik, dibuat sebuah tonggak
setinggi sekitar 15 m. Tabuik kemudian dihiasi dengan warna merah dan warna
lainnya dan akan di arak nantinya.
2. Makepung, Balap Kerbau Masyarakat
Bali.
Kalau Madura punya Kerapan Sapi, maka Bali memiliki
Makepung. Dua tradisi yang serupa tapi tak sama, namun menjadi tontonan unik
yang segar sekaligus menghibur. yang dalam bahasa Indonesia berarti
berkejar-kejaran, adalah tradisi berupa lomba pacu kerbau yang telah lama
melekat pada masyarakat Bali, khususnya di Kabupaten Jembrana.
Tradisi
ini awalnya hanyalah permainan para petani yang dilakukan di sela-sela kegiatan
membajak sawah di musim panen. Kala itu, mereka saling beradu cepat dengan
memacu kerbau yang dikaitkan pada sebuah gerobak dan dikendalikan oleh seorang
joki.
Makin
lama, kegiatan yang semula iseng itu pun berkembang dan makin diminati banyak
kalangan. Kini, Makepung telah menjadi salah satu atraksi budaya yang paling
menarik dan banyak ditonton oleh wisatawan termasuk para turis asing. Tak hanya
itu, lomba pacu kerbau inipun telah menjadi agenda tahunan wisata di Bali dan
dikelola secara profesionalSekarang ini, Makepung tidak hanya diikuti oleh
kalangan petani saja.
Para
pegawai dan pengusaha dari kota pun banyak yang menjadi peserta maupun
supporter. Apalagi, dalam sebuah pertarungan besar, Gubernur Cup misalnya,
peserta Makepung yang hadir bisa mencapai sekitar 300 pasang kerbau atau bahkan
lebih. Suasana pun menjadi sangat meriah dengan hadirnya para pemusik
jegog(gamelan khas Bali yang terbuat dari bambu) untuk menyemarakkan suasana
lomba.
3. Atraksi Debus Banten
Atraksi yang sangat berbahaya yang
biasa kita kenal dengan sebutan Debus, Konon kesenian bela diri debus berasal
dari daerah al Madad. Semakin lama seni bela diri ini makin berkembang dan
tumbuh besar disemua kalangan masyarakat banten sebagai seni hiburan untuk
masyarakat.
Inti pertunjukan masih sangat kental gerakan silat atau
beladiri dan penggunaan senjata. Kesenian debus banten ini banyak menggunakan
dan memfokuskan di kekebalan seseorang pemain terhadap serangan benda tajam,
dan semacam senjata tajam ini disebut dengan debus.
Kesenian
ini tumbuh dan berkembang sejak ratusan tahun yang lalu, bersamaan dengan
berkembangnya agama islam di Banten. Pada awalnya kesenian ini mempunyai fungsi
sebagai penyebaran agama, namun pada masa penjajahan belanda dan pada saat
pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa. Seni beladiri ini digunakan untuk membangkitkan
semangat pejuang dan rakyat banten melawan penjajahan yang dilakukan belanda.
Karena pada saat itu kekuatan sangat tidak berimbang, belanda yang mempunyai
senjata yang sangat lengkap dan canggih.
Terus mendesak pejuang dan rakyat
banten, satu satunya senjata yang mereka punya tidak lain adalah warisan
leluhur yaitu seni beladiri debus.
4. Karapan sapi Masyarakat Madura
Jawa Timur
Karapan
sapi yang merupakan perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Madura Jawa Timur,
Dalam even karapan sapi para penonton tidak hanya disuguhi adu cepat sapi dan
ketangkasan para jokinya, tetapi sebelum memulai para pemilik biasanya
melakukan ritual arak-arakan sapi disekelilingi pacuan disertai alat musik
seronen perpaduan alat music khas Madura sehingga membuat acara ini menjadi
semakin meriah.
Panjang rute lintasan karapan sapi tersebut antara 180
sampai dengan 200 meter, yang dapat ditempuh dalam waktu 14 sd 18 detik. Tentu
sangat cepat kecepatan sapi – sapi tersebut, selain kelihaian joki terkadang
bamboo yang digunakan untuk menginjak sang joki melayang diudara karena
cepatnya kecepatan sapi sapi tersebut.
Untuk
memperoleh dan menambah kecepatan laju sapi tersebut sang joki, pangkal ekor
sapi dipasangi sabuk yang terdapat penuh paku yang tajam dan sang joki
melecutkan cambuknya yang juga diberi duri tajam kearah bokong sapi. Tentu saja
luka ini akan membuat sapi berlari lebih kencang, tetapi juga menimbulkan luka
disekitar pantat sapi.
Jarak
pemenang terkadang selisih sangat tipis, bahkan tidak jarang hanya berjarak 1
sd 2 detik saja. Karapan Sapi dimadura merupakan pagelaran yang sangat unik,
selain sudah diwarisi secara turun menurun tradisi ini juga terjaga sampai
sekarang. Even ini dijadikan sebagai even pariwisata di Indonesia, dan tidak
hanya turis local dari mancanegara pun banyak yang menyaksikan karapan sapi
ini.
5. Upacara Kasada Bromo
Upacara Kasada bromo dilakukan oleh masyarakat Tengger yang
bermukim di Gunung Bromo Jawa Timur, mereka melakukan ritual ini untuk
mengangkat seorang Tabib atau dukun disetiap desa. Agar mereka dapat diangkat
oleh para tetua adat, mereka harus bisa mengamalkan dan menghafal mantera
mantera.
Beberapa
hari sebelum Upacara Kasada bromo dimulai, mereka mengerjakan sesaji sesaji
yang nantinya akan dilemparkan ke Kawah Gunung Bromo. Pada malam ke 14 bulan
Kasada Masyarakat tengger berbondong bondong dengan membawa ongkek yang berisi
sesaji dari berbagai macam hasil pertanian dan ternak. Lalu mereka membawanya
ke Pura dan sambil menunggu Dukun sepuh yang dihormati datang mereka kembali
menghafal dan melafalkan mantera, tepat tengah malam diadakan pelantikan dukun
dan pemberkatan umat dipoten lautan pasir gunung bromo.
Bagi
masyarakat Tengger, peranan Dukun adalah sangat penting. Karena mereka bertugas
memimpin acara – acara ritual, perkawinan dll.
Sebelum
lulus mereka diwajibkan lulus ujian dengan cara menghafal dan lancar dalam
membaca mantra mantra. Setelah Upacara selesai, ongkek – ongkek yang berisi
sesaji dibawa dari kaki gunung bromo ke atas kawah. Dan mereka melemparkan
kedalam kawah, sebagai simbol pengorbanan yang dilakukan oleh nenek moyang mereka.
Didalam kawah banyak terdapat pengemis dan penduduk tengger yang tinggal
dipedalaman, mereka jauh jauh hari datang ke gunung bromo dan mendirikan tempat
tinggal dikawah gunung Bromo dengan harapan mereka mendapatkan sesaji yang
dilempar.
Penduduk
yang melempar sesaji berbagai macam buah buahan dan hasil ternak, mereka
menganggapnya sebagai kaul atau terima kasih mereka terhadap tuhan atas hasil
ternak dan pertanian yang melimpah.
No comments:
Post a Comment