Ben Breedlove : Remaja Yang Tiga Kali Lolos Dari Kematian |
Setelah
3 kali lolos dari maut, yaitu pada usia 4 tahun, 14 tahun dan kurang
dari sebulan lalu, Ben Breedlove (18 tahun) akhirnya menghembuskan napas
terakhir pada malam Natal setelah menderita serangan jantung. Seumur
hidupnya, pemuda asal Texas ini harus berjuang melawan kelainan jantung
Hypertrophic Cardiomyopathy (HCM), yang membuat nyawanya selalu terancam
setiap saat. Seminggu sebelum kematiannya, Ben sempat membuat 2 video memilukan, yang diberi nama "My Story" diunggahnya ke Youtube pada 18 Desember 2011. Video pilu yang masing-masing berdurasi 3,59 menit dan 3,17 menit itu menggambarkan kisah hidup Ben yang berjuang untuk tumbuh dewasa dengan masalah jantung, yang ia ceritakan melalui serangkaian kartu flash. Ia juga berbagi pengalaman-pengalamannya tentang mati suri dan bagaimana rasanya mencurangi kematian. Berikut kutipan dari kartu-kartu yang diperlihatkan Ben di video pilunya, seperti dilansir Dailymail: "Hello, saya Ben Breedlove. Seumur hidup, saya menderita masalah jantung, (HCM) kependekan dari Hypertrophic cardiomyopathy. Ini adalah kondisi yang sangat serius dan berbahaya. Makin bertumbuh dewasa, saya tahu lebih banyak bahwa kondisi ini berbahaya. Ini membuat saya sangat takut dan saya benci perasaan ini. " Saya tidak pernah diperbolehkan untuk bermain semua jenis olahraga seperti yang teman-teman saya lakukan. Menyebalkan melewatkan hal tersebut di dalam bagian hidup saya. Saya hanya berharap ingin menjadi sama dengan orang lain. Tapi satu kondisi ini harus saya pelajari dalam hidup dan saya terima. Pertama kali saya mati suri ketika berusia 4 tahun. Saya mengalami ancaman kehidupan yang menakutkan. Gula darahku drop hingga 14. Saya tidak terlalu ingat hari itu, kecuali satu hal yang tidak pernah saya lupa, saya didorong di kasur roda (stretcher) di lorong rumah sakit. Dua perawat mendorongnya dan ibuku berlari di sisiku. Ada cahaya terang besar di atasku. Saya tidak bisa tahu cahaya apa itu karena sangat terang. Saya mengatakan ke ibuku, 'Lihat cahaya terang itu,' dan menunjuknya. Dia mengatakan tak melihat apa-apa, katanya tidak ada cahaya apapun di lorong itu. Saya tidak bisa memejamkan mata dan hanya tersenyum. Saya tidak khawatir sama sekali, seperti tak ada hal penting di dunia ini. Dan tetap tersenyum... Saya bahkan tidak bisa menggambarkan bagaimana kedamaian saat itu. Saya tidak akan pernah lupa perasaan itu atau hari itu. Setelah itu, semuanya berjalan baik hingga beberapa tahun.. Sampai sekitar tahun 2007 ketika jantungku bermasalah lagi. Dokter memutuskan kami perlu melakukan sesuatu untuk mengatasi hal itu. 3 Mei 2009, saya menjalani operasi untuk mentransplantasikan alat pemacu jantung (sambil Ben menunjukkan bekas operasi di dada kirinya). Ini merupakan keputusan yang besar untukku, tetapi saya tidak punya pilihan. Pada waktu itu, jantungku memberi masalah yang lebih besar untukku. Saya sangat sedih Musim panas 2009. Kedua kalinya saya mencurangi kematian (usia 14 tahun), saat menjalani operasi amandel, yang sebenarnya operasi normal yang dilakukan dokter setiap hari. Ibu dan kakakku menunggu di ruang tunggu. Dan pendeta berjalan dan mengatakan 'Kita harus berdoa. Anakmu baru saja mengalami gagal jantung dan mereka sedang berusaha membangunkannya.' Itu adalah keajaiban ketika mereka 'membawa' saya kembali. Saya sangat takut mati, tetapi saya sangat senang hal itu tidak terjadi. Setelah ini saya mencoba lebih keras untuk melupakan tentang hal itu dan tidak khawatir. Sekitar 2 minggu lalu, 6 Desember 2011, ketiga kalinya saya mencurangi kematian. Saat itu saya sedang berjalan di lorong sekolah. Saya merasa lemas sehingga saya duduk di bangku. Saya pingsan. Hal berikutnya yang saya tahu, saya terbangun dengan EMS (Electro Medical Systems) disekelilingku. Saya tidak dapat berbicara dan bergerak, saya hanya dapat melihat apa yang mereka lakukan. Mereka meletakkan alat kejut listrik di dadaku. Saya mendengar salah satu dari mereka mengatakan 'Kami siap'. Dan yang lain mengatakan 'Go!'. Saya pingsan lagi. Jantungku berhenti dan saya tidak bernapas selama 3 menit. Ketika tubuh orang mati, otaknya tetap bekerja selama beberapa waktu. Saya mendengar mereka mengatakan 'Dia tidak bernapas, jantungnya berhenti dan tidak ada pulsa denyut jantung'. Saya benar-benar berpikir bahwa saya sudah mati. Hal lain yang selanjutnya terjadi, saya tidak yakin apakah itu mimpi atau penglihatan. Tetapi saat saya berada di bawah sadar, saya berada di ruangan putih. Tak ada tembok, hanya terus berjalan dan terus berjalan... Tidak ada suara, tetapi kedamaian yang sama saya rasakan ketika saya berusia 4 tahun. Saya mengenakan jas yang benar-benar bagus dan dengan rapper favoritku, Kid Cudi. Mengapa hanya ada 1 orang bersamaku, saya masih mencoba memahaminya. Tetapi saya melihat diriku sendiri di cermin yang berada di depanku. Hal pertama yang saya pikirkan 'Damn, kami terlihat keren'. Saya punya perasaan yang sama, saya tidak bisa berhenti tersenyum. Saya kemudian melihat diriku di cermin, saya bangga dengan diriku sendiri, dengan seluruh kehidupanku dan semua yang sudah saya lakukan. Itu adalah PERASAAN TERBAIK yang pernah saya rasakan. Kid Cudi membawakanku meja kaca dan meletakkan tangannya di pundakku. Setelah itu, lagu favoritku berkumandang, Mr Rager. Di bagian lagu terdengar 'Kapan fantasi ini akan berakhir... Kapan surga akan dimulai?' Dan dia berkata 'Pergi sekarang'. Setelah itu, saya terbangun dan EMS melakukan CPR (Cardiopulmonary resuscitation atau resusitasi jantung). Saya tidak ingin meninggalkan tempat itu. Saya berharap saya TIDAK PERNAH BANGUN. Apakah Anda percaya malaikat atau Tuhan? Saya percaya". Sumber : dailymail.co.uk |
Friday, February 17, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment