Sunday, July 17, 2011

Pantai Tablolong ( Surga Para Pemancing )
 

Tiap tahun, pemerintah NTT rutin menggelar turnamen  memancing internasional di selat yang diapit pulau Rote dan pulau Timor. Perairan sejauh 10 mil dari garis pantai  Tablolong di kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang itu merupakan jalur migrasi ikan cukup ramai dari laut Timor  menuju laut Sawu. Sesuai jadwal, perlombaan berlangsung selama tiga hari  mulai tanggal 4-6 Nopember. Sebanyak 27 pemancing asal  Indonesia, Jepang, Jerman dan Amerika yang tergabung dalam  9 tim, bertolak ke arena perlombaan dari pantai wisata  Tablolong pada pukul 05.00 Wita dan pulang pada pukul 16.00 Wita. Masing-masing tim dipandu seorang nelayan  Tablolong
Peserta yang berhasil memperoleh ikan dengan berat paling  tinggi, berhak menempati posisi pertama hari itu. Mereka memperebutkan total hadiah uang tunai Rp42.7 juta plus trophy gubernur NTT.  Event ini diharapkan akan menarik wisatawan mancanegara berkunjung ke NTT menikmati panorama  pantai dan pulau-pulau yang memesona dan belum terjamah  polusi. Karena itu, jauh-jauh hari, pemerintah telah giat  menggelar promosi. Mulai dari menerbitkan kalender event  sampai brosur, iklan di media massa. Upaya pemerintah  menyukseskan turnamen ini tampak dari persiapan yang cukup  matang. Panitia menyiapkan regu penolong khusus yang  disiagakan di lepas pantai.  

Mereka juga diperlengkapi  peralatan penyelamatan dan radio komunikasi untuk  sewaktu-waktu mengirim laporan ke darat jika  mengalami  masalah di laut. Salah satu peraturan yang harus dicermati  peserta adalah tidak boleh mengotori laut dengan membuang  sampah. Pesisir ujung selatan pulau Timor memang menyuguhkan  panorama pantai yang indah dan panorama bawah laut yang elok. Keindahan juga dihiasai dengan pepohonan pantai, seperti pohon Centigi yang tumbuh menyebar di bebatuan karang. Sayang, pohon Centigi mulai terancam karena ulah tangan-tangan jahil yang mengambil pohon tersebut untuk  dijual ke pulau Jawa.

David Jones, peserta asal Amerika misalnya sangat  mengagumi keindahan bawah laut karang beatrix yang berjarak sekitar 5 mil dari pantai.   David menjuluki  karang beatrix sebagai ‘supermarket ikan’ karena semua  jenis ikan dapat ditemukan di lokasi itu. Dua karang  lainnya yang tak kalah menarik adalah karang Dalam dan  karang Tabui. Di tiga karang ini hidup jenis ikan yang sering dilombakan dalam berbagai turnamen memancing seperti  jenis Marlin, Layaran, Tenggiri, Wahui, Kuwe, Barakuda, Lemadang, dan  Tuna. Makanya, tidak heran sejumlah warga kota Kupang pecinta wisata bahari menggunakan perahu motor untuk  memancing di kawasan itu sekitar setengah jam dari  daratan. 

Selain memancing pengunjung juga menikmati  beragam spesies ikan secara berkelompok tampak seperti  dalam akuarium raksasa. Meski demikian, para nelayan dan pemancing dilarang  menangkap ikan menggunakan potas yaitu zat kimia yang  dapat memabukkan ikan, namun dapat membunuh ikan kecil dan  merusak karang. Terumbu karang di perairan ini juga  dilarang untuk diambil. Untuk maksud itu, di dekat pantai  telah dipajang sebuah papan bertuliskan ‘pusat olahraga memancing Tablolong’.

Papan itu dipajang pada pintu masuk menuju pantai sehingga  dapat dilihat dari arah laut. Karena itu, anda jangan sampai melempar bekas bungkusan makanan ke laut.  Tetapi jika ingin menarik perhatian ikan-ikan berenang di samping  perahu, buanglah makanan pada pagi hari dan anda akan  menyaksikan ribuan ikan warna-warni berebutan makanan.

Saat  ini seorang pria Kanada membangun tiga unit homestay di  lahan seluas dua hektare sekitar satu kilometer dari pemukiman warga. Puluhan warga kota Kupang biasa menginap  di homestay tersebut yang dibangun di pinggir pantai. Harga sewa homestay per malam berbeda untuk wisatawan  asing sebesar Rp100 ribu per malam plus tiga kali makan  dan wisawatan lokal sebesar Rp 50 ribu plus tiga kali  makan.

Selain tidak tersedia jaringan listrik, lingkungan  homestay masih sepi, terutama pada malam hari hanya  terdengar deburan ombak memecah karang. Di pagi hari  jika mendengar kicauan burung sangat terasa kehidupan desa terpencil di pulau Timor. Tidak kalah dengan suguhan  pemandangan di petang hari. Ketika malam menjelang, menyaksikan ribuan sinar lampu yang dipancarkan dari di  rumah-rumah penduduk  di desa Tablolong dan di pulau Semau  merupakan pengalaman yang tak terlupakan.

Lokasi ini dapat ditempuh dari kota Kupang dengan mobil  dan sepeda motor dengan perjalanan selama satu jam. Jalanan yang berkelok-kelok dengan rumah-rumah penduduk  yang masih tradisional juga merupakan sensasi sendiri.

No comments:

Post a Comment